source: https://images.app.goo.gl/v5tUJboUW5pgNn4L7
Baiklah untuk pertemuan hari ini kita di anugerahi karena dapat mempelajari perihal IT Forensik di Universitas Jember
Berikut pemaparan materinya.
IT Forensics dalam Konteks Etika Profesi
Menurut Nelson, Phillips, dan Steuart (2019) dalam buku Guide to Computer Forensics and Investigations, IT Forensics adalah proses investigasi digital yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan melaporkan bukti elektronik yang relevan dengan kasus hukum atau pelanggaran tertentu. Prinsip utamanya adalah menjaga integritas data dan mematuhi aturan hukum serta kode etik profesional.
Tahapan IT Forensics
Proses IT Forensics melibatkan beberapa tahapan utama, yaitu:
- Identifikasi
- Menentukan perangkat atau sumber data yang relevan dengan kasus.
- Mengidentifikasi jenis pelanggaran atau aktivitas yang dicurigai.
- Contoh: Menganalisis log server dalam kasus kebocoran data perusahaan.
- Pelestarian (Preservation)
- Mengamankan bukti digital agar tidak rusak, diubah, atau terhapus.
- Membuat salinan (clone) dari data asli untuk analisis.
- Alat yang sering digunakan: EnCase, FTK Imager.
- Analisis
- Mencari pola atau informasi penting dari bukti digital.
- Teknik yang digunakan meliputi:
- Pemulihan file yang dihapus.
- Analisis metadata (waktu akses, modifikasi).
- Pelacakan aktivitas jaringan.
- Contoh: Menemukan file rahasia yang diunggah tanpa izin oleh karyawan.
- Pelaporan
- Menyusun hasil investigasi dalam format yang dapat dipahami oleh pihak hukum.
- Laporan biasanya mencakup temuan utama, bukti pendukung, dan kronologi kejadian.
- Penting untuk memastikan laporan transparan dan bebas dari bias.
Tantangan Etis dalam IT Forensics
Dalam praktiknya, IT Forensics menghadapi sejumlah tantangan etis yang membutuhkan perhatian serius, antara lain:
- Chain of Custody (Rantai Bukti)
- Setiap bukti digital harus dilacak dan didokumentasikan dengan baik.
- Jika bukti hilang atau rusak selama proses investigasi, validitasnya bisa dipertanyakan di pengadilan.
- Privasi Data
- Investigator seringkali mengakses data sensitif milik individu atau organisasi.
- Penggunaan data yang tidak relevan dengan kasus dapat melanggar privasi dan kode etik.
- Manipulasi Bukti
- Integritas harus dijaga agar bukti tidak dimanipulasi untuk mendukung pihak tertentu.
- Tindakan ini tidak hanya melanggar etika, tetapi juga dapat berujung pada konsekuensi hukum.
- Bias dalam Pelaporan
- Investigator harus netral dan tidak memihak.
- Laporan yang tidak obyektif dapat merusak kepercayaan publik dan kredibilitas profesional.
- Kepatuhan terhadap Hukum
- Investigator harus memahami dan mematuhi peraturan seperti UU ITE di Indonesia, yang mengatur pelanggaran digital dan perlindungan data pribadi.
- Pelanggaran hukum oleh investigator sendiri dapat menggagalkan kasus yang sedang ditangani.
Sebagai contoh, dalam kasus kebocoran data di perusahaan, seorang investigator mungkin menemukan file pribadi milik karyawan yang tidak relevan dengan investigasi. Dalam situasi ini, mereka harus menjaga privasi data tersebut dan tidak menggunakannya untuk tujuan lain. Jika investigator melanggar privasi tersebut, kredibilitas mereka sebagai profesional akan dipertanyakan.
IT Forensics bukan hanya tentang mengungkap fakta, tetapi juga menjaga hak-hak individu yang terlibat. Seperti yang dikatakan oleh Nelson et al. (2019), "The role of computer forensics extends beyond uncovering evidence; it involves ensuring that ethical standards are upheld in every step of the investigation."
Dengan proses yang kompleks dan tanggung jawab besar, seorang profesional IT Forensics harus memiliki keterampilan teknis yang kuat serta komitmen pada etika dan hukum untuk menjamin bahwa keadilan ditegakkan tanpa melanggar hak siapa pun.